Silek Luncua, Seni Beladiri Khas Solok Selatan

Pahimpunan Silek Tradisi Minangkabau Solok Selatan, bersama beberapa Tokoh dan Penggiat Seni Beladiri Silat Tradisional yang ada di Sangir, membentuk sebuah perkumpulan, sekaligus aksi pelestarian budaya lokal solok selatan, yaitu Silek Luncua. Bertempat di sebuah Surau tua yang berada di Jorong Malus Lubuk Gadang Timur, kegiatan ini diadakan usai pelaksanaan sholat tarawih Hari Rabu, 13/04/2022.

Silek Luncua merupakan seni beladiri dan budaya Minangkabau yang berkembang di Muaralabuh Solok Selatan, sejak tahun 1920. Silek Luncua juga dikenal dengan nama lain Silek Angku Rabun, karena menurut sejarah, seorang tokoh bernama Angku Rabunlah yang pertama kali mengembangkan seni beladiri ini di Muaralabuh. Nama Silek Luncua sendiri diambil dari nama salah satu jurus (sambuik-tangkok), yang ada dalam gerakan-gerakan indah Silek Luncua. Ada lebih kurang 13 Sambuik Dasar dan 33 pecahannya. Bahkan 33 pecahan itu masih bisa dikembangkan lagi, responsif dan adaptif dengan kondisi real tantangan dan lawan yang ada. Sampai saat sekarang, aliran bela diri ini masih tetap berkembang di Solok Selatan dan bahkan ke daerah-daerah sekitarnya.

 

Deri Nofrizal, salah satu guru atau pelatih Silek Luncua, yang juga menjadi motor penggerak kegiatan ini, bersama Ade Permana Putra, salah seorang tokoh muda yang juga aktif dalam seni beladiri silat di Solok Selatan menuturkan bahwa, kegiatan ini sangat penting untuk dilakukan, Silek Luncua harus kembali digali dan dimunculkan ke permukaan, agar publik tahu bahwa Solok Selatan mempunyai sebuah aliran seni beladiri endemik-kuno dan patut dilestarikan. Ia juga berpesan tentang peran penting generasi muda dalam pelestarian aset budaya ini.

 

Ada beberapa poin yang menjadi warna khas di seni beladiri ini. Terutama keterkaitannya dengan agama islam. Syahadat, Salawat, Surau, Silek, adalah empat kata penting dalam seni beladiri ini. Artinya, Islam berikut syariat dan aturannya dijadikan pondasi. Murid-murid, selain diajarkan tentang gerakan-gerakan atau jurus-jurus, juga lebih dahulu diajarkan tentang syariat islam atau hal-hal yang fundamental dalam agama islam.

Rintik hujan dan dingin malam, tidak menyurutkan semangat para tokoh beladiri tersebut beserta anak didik mereka dalam melaksanakan kegiatan. Semangat dan kegembiraan juga terpancar terang dari wajah-wajah generasi muda yang ambil bagian dalam kegiatan ini. Usia merekapun beragam, paling kecil sekitar 7 Tahun. Nampak beberapa wajah bocah yang terlihat gagah dengan setelan khas seni beladiri silat, melakukan aksi pertarungan

 

Diungkapnya Silek Luncua, semakin memperlihatkan bahwa Indonesia memiliki keberagaman dan kekayaan budaya-tradisi yang sungguh indah dan bernilai. Solok Selatan sendiri, yang lebih dikenal dengan sebutan Heart of Minangkabau, memiliki banyak kekayaan budaya dan seni kerawitan yang pada kenyataannya masih banyak yang belum terekspos ke ruang publik dan masih menjadi pecahan-pecahan berlian yang terkubur.

 

Semoga akan lebih banyak gerakan kaum muda yang bersemangat dan sadar akan hal ini. Gerakan merasa bangga dengan kekayaan budaya yang kita punya. Semangat yang pada akhirnya akan memunculkan budaya yang pernah bergulir di jejak-jejak megah peradaban tanah Solok Selatan.

Demi lestarinya budaya dan

Demi harumnya Solok Selatan tercinta.

.